Details
Nothing to say, yet
Details
Nothing to say, yet
Comment
Nothing to say, yet
Isaac, Odong, and Nerissa meet up in their hometown during Chinese New Year. Odong also runs into his ex, Jenny. They catch up and Odong reveals he feels called to become a father. Jenny wonders if he wants to get back together, but Odong is committed to his path. They discuss the challenges of staying close to God in their busy lives. After a prayer session, they find renewed strength to seek Christ in their daily lives. Suatu masa, Isaac, Odong, dan Nerissa balik ke kampung sempena Chinese New Year. Selepas Nisa kudus pada hari Minggu, mereka bertiga terserempak dengan satu sama yang lain. Namun, pada waktu yang sama, Odong juga terserempak dengan ex dia, si Jenny. Kenapa tuh? Eh, si Jenny pula? Eh, Odong, kau bapulah nih? Astaga, lama sudah tidak terjumpa. Hihi, ya kan? Kau pun lama sudah tidak jumpa. Banyak perempuan sudah oko, kan? Pakai jubah sudah patutlah. Saya nampak makin handsome. Eh, tidaklah. Biasa-biasa saja bahasa ini. Aik, bila lagi nih kau masuk seminerian? Oh, lama sudah. Saya rasa macam saya terpanggil untuk jadi father. Kau tidak ada hati sudahkah sama saya? Bukan apa-apa. Selama sudah, bat, rindu kau. Tidak sangka pula terjumpa kau di sini. Aik, jadi apa maksud kau nih? Mau get back? Iya, hmm, kira-kira begitulah. Kau baru juga bahkan masuk seminerian. Masih lagi, batu. Kau boleh berpikir dua kali. Banyak, bat, kawan-kawan kita yang sudah ada kerja. Oh, saya rasa macam inilah panggilan saya. Saya tidak sudah tertarik untuk bercinta sebab perjadian hari itu. Lagipun, inilah pilihan saya. Iya lah, Odong. Maaf kalau saya pernah kasih sakit hati kau dulu. Tidak apa, batu. Lama sudah saya kasih maaf kau. Saya harap kau dapat jumpa yang lebih baik, lah. Bah, beri doa saya lagi, ya. Okey, apa-apa pun, kita dipertemukan kerana cinta dan dipisahkan kerana cinta. Wih, Isaac. Lama sudah saya tidak nampak kau. Eh, Odong, jadi seminerian pula kau kan sudah? Beginilah ini, Isaac, bila lagi mau menyahut panggilan Tuhan. Astaga, Odong, Isaac, kamu bapula. Kamu balik sudah? Hai, Merissa, makin cantik kau kan, kok. Kalau lama tidak jumpa, lah. Lagipun, Isaac, ada-ada sudah. Tidak apa-apa, Odong. Yang dulu luang-luang pun sekarang jadi seminerian sudah. Eh, sebiasa-biasa saja. Kamu sudah tiba, kan? Mari kita pergi minum kopi-kopi dulu sambil bercerita-cerita. Wih, hebat kau kan, Odong. Dulu kau paling tidak tahu apa-apa. Sekarang boleh-boleh jadi seminerian. Ya, Bapak. Bukan seperti itu. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ya, Bapak. Lupa sedikit saja. Ada yang sudah ke bekerja. Saya rasa macam banyak sudah ketinggalannya. Tapi, saya sedar juga masing-masing kita ada panggilan, Pak. Kamu tahu, kan? Setiap orang ada panggilan masing-masing untuk menjadi kudus. Tapi, masa kita menyebut panggilan itu akan ada banyak cabaran. Mereka sedar bahwa sewaktu sekolah menengah lebih senang untuk mereka mendekati diri dengan Tuhan. Namun, selepas mereka masing-masing mempunyai halatuju, semakin susah untuk mereka mendekatkan diri dengan Tuhan disebabkan oleh cabaran-cabaran dunia. Selepas sesi lohan mereka, mereka mendapat kekuatan dan semangat baru mencari Kristus dalam kehidupan seharian mereka.