Details
Nothing to say, yet
Big christmas sale
Premium Access 35% OFF
Details
Nothing to say, yet
Comment
Nothing to say, yet
Giuharno became interested in writing books because he believes that books are a window to the world and can be used to voice issues. He started reading books in high school and particularly enjoyed political-themed readings. His first book was about the Revolution of Civilization by Prof. Dr. Haji Sisab Samarna. Inspired by his peers who had already published books, Giuharno decided to write and publish five books, four of which were poetry and one about politics. He also participated in national competitions and joined a poetry community called Kafe Sastra. In 2021, he began writing books and published one about radicalism in Indonesia in 2022. Giuharno plans to continue speaking through his works and intends to publish a novel about validation based on his own experiences. He hopes that his books can provide new knowledge and promote literacy in Indonesia. He believes that social media and ambassadorial events can contribute to increasing literacy. Giuharno emphasizes the importance Buku adalah jendela dunia yang terdapat banyak pengetahuan di dalamnya. Selain itu, buku juga bisa menjadi wadah untuk menyuarakan tentang isu-isu yang terjadi. Hal itulah yang membuat Putra Pariwisata Nusantara Inteligensia 2023M tertarik untuk menulis buku. Giuharno mulai senang membaca buku sejak SMK kelas 11 dan menyukai bacaan bertema politik. Buku pertama yang ia baca adalah Buku Revolusi Peradaban Karya Profesor Dr. Haji Sisab Samarna. Awalnya lebih kepada kebutuhan karena ketika itu Giuharno senang politik, dan secara kebetulan hidup dalam lingkungan yang mana teman Giuharno pembahasannya terkait politik, khususnya dalam kasus pemberontakan dan juga radikalisme. Kebetulan pada saat itu lagi gencar dengan kasus HTI dan FPI, jelasnya. Berangkat dari hobi membaca buku, Giuharno kemudian memutuskan menulis dan menerbitkan lima buku, di mana empat buku yang ia tulis bergenre puisi dan satu buku seputar politik yang terbit pada tahun 2023. Giuharno mengaku termotivasi oleh kakak tingkat di kampusnya yang mana sudah menerbitkan dua buku. Mulai dari situlah Giuharno tergerak menulis buku. Namun, sebelum terjun ke penulisan puisi, Giuharno ikut lomba-lomba tingkat nasional dan mengikuti komunitas puisi yang bernama Kafe Sastra. Nah, saat itulah Giuharno mulai menulis buku pada tahun 2021. Ucapnya, selesai menulis buku puisi dalam bentuk motivasi, akhirnya Giuharno memiliki keresahan yang belum selesai yaitu terkait radikalisme di Indonesia. Akhirnya Giuharno menulis buku yang berjudul, Bukan Manusia Tanda Tanya, pada pertengahan tahun 2022. Sambungnya, Putra Binaan Yayasan L. John Indonesia ini akan terus bersuara melalui karya-karyanya. Ia berencana akan menerbitkan buku tentang validasi berbentuk novel. Hal ini Giuharno akan angkat dari pengalaman Giuharno dan lingkungan, yang mana selalu ingin divalidasi oleh orang lain. Hal itu merupakan sesuatu yang buruk karena semakin seseorang ingin divalidasi, maka semakin tidak akan berkembang kehidupannya karena perilakunya hanya akan dibatasi atas pengakuan orang lain, katanya. Giuharno berharap, buku yang ia tulis bisa memberikan pengetahuan baru untuk masyarakat, serta dapat meningkatkan budaya literasi di Indonesia untuk mengetahui segala perkembangan. Jangan sampai kita hanya senang menonton iklan karena titik terendah literasi seseorang adalah ketika senang melihat tulisan hanya pada iklan. Namun, dengan adanya media sosial dan ajang-ajang duta, duta yang bergerak dalam bidang apa saja itu menurut Giuharno akan menambah daya literasi. Ujarnya, seseorang yang mengikuti ajang seperti itu, minimal dia dituntut untuk baca, meskipun hanya sebagai persiapan untuk mengikuti hal itu karena menurut saya, sesuatu akan terbentuk dari sebuah keterpaksaan kebutuhan yang dilakukan terus menerus, tambahnya.