Details
Nothing to say, yet
Big christmas sale
Premium Access 35% OFF
Details
Nothing to say, yet
Comment
Nothing to say, yet
The Teater Keliling held a musical drama performance called "Aku, Hairil" at Galeri Indonesia Kaya. The play was written by Rudolf Puspa and Dery Sherna, two founders of Teater Keliling. It took two weeks to prepare the script and 2.5 months for rehearsals. The play honors Hairil Anwar, a national figure and poet known as a pioneer of the 45th generation. The performance was interactive and aimed to engage the audience, especially the younger generation. The enthusiasm of the audience was overwhelming, and the creators hope it will encourage a greater appreciation for Indonesian heroes. The musical will be performed in various cities in August, with the aim of inspiring young people to contribute to their country through the arts. Teater Keliling menggelar pementasan drama musikal bertajuk Aku, Hairil, di Galeri Indonesia Kaya, Mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu, 25 Mei 2024. Sebelum dibuka pintu masuk, para penonton tampak mengantre panjang untuk menonton pertunjukan dari Teater Keliling, bahkan seluruh kursi teater terisi penuh. Drama musikal, Aku, Hairil, sendiri, merupakan karya yang ditulis langsung oleh salah dua pendiri teater keliling Rudolf Puspa dan Dery Sherna. Rudolf mengatakan, untuk mempersiapkan naskah, Aku, Hairil, membutuhkan waktu sekitar dua minggu, sedangkan untuk latihan memakan waktu 2,5 bulan. Meski memiliki kesulitan karena setiap pemain harus mendalami peran dari tokoh-tokoh, namun tidak menyurutkan semangat teater keliling untuk menyuguhkan penampilan yang luar biasa. Rudolf menjelaskan, dipilihnya tokoh nasional Hairil Anwar pada drama musikal kali ini sebagai bentuk penghormatan, sekaligus mengenang dan mengenalkan kepada generasi muda sosok Hairil Anwar. Hairil Anwar adalah seorang penyair yang sampai disebut sebagai penyair pelopor angkatan 45. Artinya dia itu mempelopori sebuah perubahan order, tapi order dalam kesenian, sebelumnya yang disebut pujangga baru, pujangga lama dan dia mengubah bentuk puisinya, cara pengucapannya pun berubah, sehingga dia menjadi pelopor angkatan 45 yang sampai sekarang puisi-puisinya digemari dan membuat orang berani berbuat, berani menulis yang seperti apa maunya, bukan lagi ditentukan oleh pakem-pakem lama lagi, jelas Rudolf. Pertunjukan drama musikal tersebut menjadi lebih hidup dengan diselingi interaksi kepada penonton, serta dikemas dengan masa kini. Itu memang gimmick-nya, bumbunya untuk membuat keeratan antara naskah cerita lama, tetapi dimasukkan ke anak sekarang yang cara berpikirnya, cara hidupnya, segala macam dengan katakanlah pakem-pakem masa kini, itu hanya menjadi jembatannya, kata Rudolf. Antusiasme masyarakat pada drama musikal tersebut membuat Rudolf dan Derry sangat senang. Terlebih diketahui masih banyak masyarakat yang tidak kedapatan tiket. Menurut Derry, antusiasme masyarakat dapat menjadi pacuan untuk teater keliling mempersembahkan penampilan lebih bagus lagi. Senang banget dan tidak menyangka. Menurut orang galeri Indonesia kayak belum pernah sebelumnya terjadi kayak gitu untuk mendapatkan tiket sampai diteror. Sampai maksa dan buat kita malah, ha? Masa sih? kata Derry. Sangat menyukai, jadi bukan hanya lingkungan kesenian, tetapi justru anak-anak gen Z sebetulnya. Masih anak SMA, SMP yang tadi sampai datang dan mau antre menunggu. Untung dia berhasil dapat, senang banget dia karena dia mau ikut festival teater, jadi ingin belajar teater modern, ucap Rudolf. Derry berharap dengan adanya pertunjukan drama musikal tersebut dapat membuat masyarakat terhusus generasi muda Indonesia untuk lebih mencintai pahlawan Indonesia. Harapannya supaya mereka lebih senang sama pahlawan. Tidak hanya seorang kesenian saja, tapi mencintai pahlawan karena bangsa yang besar adalah bangsa yang sangat mencintai pahlawannya dan mengerti bagaimana perjuangan pahlawan-pahlawan itu untuk mencapai kemerdekaan. Jadi bagaimana cara anak-anak muda, termasuk kita semua ini, untuk mengisi kemerdekaan itu? Rudolf menjelaskan, drama musikal tentang Hairil Anwar akan dibawa ke beberapa kota di Indonesia pada bulan Agustus mendatang, seperti di Batu Malang di Jawa Timur, Lumajang, Nde, Larantuka, dan berakhir di Labuan Bajo. Supaya anak muda selanjutnya mengikuti apa yang dikatakan seorang penyair kali ini bahwa melalui kesenian, kita bisa berbuat sesuatu bagi bangsa dan negara, kata Rudolf.